DESAIN DAN PERENCANAAN EKSPLORASI
Seperti yang telah diuraikan sebelumnya, pekerjaan eksplorasi dilakukan
dengan tujuan untuk mendapatkan data mengenai endapan (bentuk, penyebaran,
letak, posisi, kadar/kualitas, jumlah endapan, serta kondisi-kondisi geologi).
Pekerjaan eksplorasi ini harus telah selesai dilakukan sebelum memasuki tahapan
perencanaan penambangan.
Pentahapan-pentahapan kegiatan dalam suatu industri pertambangan (mulai
dari eksplorasi, penambangan, s/d pengolahan) perlu dilakukan dan sebaiknya
saling berkesinambungan, karena industri pengelolaan pertambangan ini mempunyai
sifat-sifat, antara lain :
a. Mempunyai resiko tinggi,
b. Biaya relatif mahal.
c. Memerlukan modal yang besar,
d. Teknologi yang tidak sederhana,serta
e. Memerlukan pengelolaan yang baik.
Sifat-sifat tersebut muncul akibat faktor-faktor kondisi endapan dan
lingkungan, antara lain karena adanya ketidakpastian mengenai pengetahuan
cadangan bahan tambangnya, baik mengenai jumlah kadar atau kualitas,
bentuk, serta letak dan posisi endapan,kondisi-kondisi geologi (sifat batuan,
struktur, dan air tanah) endapan dan daerah sekitarnya umumnya terletak pada
daerah yang jauh dan relatif terpencil.
Secara umum aliran kegiatan industri pertambangan dimulai dengan tahapan
prospeksi yang kemudian dilanjutkan dengan eksplorasi. Tahapan ini mempunyai
resiko yang sangat tinggi (high risk), karena berhubungan dengan resiko
geologi. Pada saat memasuki tahapan pre-studi kelayakan (prefeasibility
study) sampai dengan tahapan studi kelayakan (feasibility study),
resiko kegagalan mulai diperkecil.
Kegiatan eksplorasi menurut UU No. 11 tahun 1967 berupa penyelidikan
geologi pertambangan, yang berarti suatu penerapan ilmu geologi terhadap
operasi penambangan. Dasar suatu operasi penambangan ialah kepastian geologi
dan ekonomi tentang adanya suatu kuantitas (tonase atau volume) bahan galian,
yang disebut sebagai cadangan. Kepastian dari segi ilmu geologi itu antara lain
berkenaan dengan :
a. Keanekaragaman mineral yang ada dalam
bahan galian,
b. Perubahan kandungan mineral bijih
akibat struktur atau lingkungan geologi, dan
c. Kemungkinan geologinya adanya sejumlah
cadangan lain di tempat sekitar letakan yang sudah diketahui.
Sedangkan kepastian ekonomi, yang datanya berdampak terhadap ongkos
penambangan, ditentukan antara lain oleh dimensi-dimensi letakan bahan galian
dipermukaan maupun bawah-permukaan, variasi kuantitas terhadap kualitas,
keanekaragaman sifat teknis batuan dan sifat aliran air-tanah, serta daya
dukung batuan terhadap limbah.
Komoditas sumberdaya alam umumnya dan khususnya komoditas sumberdaya
mineral, merupakan barang nyata yang dapat memenuhi segera permintaan pasar dan
dapat diukur dengan nilai uang. Sedangkan cadangan bijih atau mineral belum
merupakan barang nyata, meskipun informasi cadangan dalam prakteknya dapat
diperdagangkan, dan tidak termasuk komoditas sumberdaya mineral. Sesudah
sumberdaya mineral diambil dari kedudukan alaminya, maka ia menjadi komoditas
sumberdaya mineral. Contoh komoditas sumberdaya mineral misalnya ialah logam
aluminium, batubara bersih yang telah ditambang.
Dalam pelaksanaannya, eksplorasi seperti disebut dalam UU tahun 1967
didahului oleh adanya suatu kegiatan yang disebut sebagai Penyelidikan Umum.
Penyelidikan umum ini disebutkan sebagai penyelidikan secara geologi umum atau
geofisika, di daratan, perairan, dan dari udara, segala sesuatu dengan maksud
untuk membuat peta geologi umum atau menetapkan tanda-tanda adanya bahan galian
pada umumnya. Adanya letakan bahan galian yang ditetapkan pada penyelidikan
umum lebih lanjut diteliti secara seksama pada tahap eksplorasi.
Istilah penyelidikan umum dalam UU tahun 1967 sama artinya dengan Prospeksi
Mineral. Prospek dalam bidang pertambangan berarti sesuatu yang memberi
harapan yang dapat bermanfaat bagi manusia. Secara fisik prospek ini umumnya
merupakan sebagian dari letakan bahan galian, misalnya mineralisasi yang muncul
di permukaan bumi atau yang terdapat di bawah permukaan pada batas daerah yang
sedang ditambang. Keseluruhan bagian dari letakan bahan galian belum diketahui
dengan pasti karena belum diselidiki dengan lebih teliti. Itu sebabnya pada
suatu prospek masih harus dilakukan penyelidikan lagi dan ini berlangsung pada
tahap eksplorasi.
Eksplorasi mineral itu tidak hanya berupa kegiatan sesudah penyelidikan
umum itu secara positif menemukan tanda-tanda adanya letakan bahan galian,
tetapi pengertian eksplorasi itu merujuk kepada seluruh urutan golongan besar
pekerjaan yang terdiri dari :
a. Peninjauan (reconnaissance atau
prospeksi atau penyelidikan umum) dengan tujuan mencari prospek,
b. Penilaian ekonomi prospek yang telah
diketemukan, dan
c. Tugas-tugas menetapkan bijih tambahan
di suatu tambang.
Di Indonesia sendiri nama-mana dinas atau divisi suatu organisasi
perusahaan, lembaga pemerintahan serta penelitian memakai istilah eksplorasi
untuk kegiatannya yang mencakup mulai dari mencari prospek sampai menentukan
besarnya cadangan mineral. Sebaliknya ada beberapa negara, misalnya Perancis
dan Uni Soviet (sebelum negara ini bubar) yang menggunakan istilah eksplorasi
untuk kegiatan mencari mineralisasi dan prospeksi untuk kegiatan penilaian
ekonomi suatu prospek (Peters, 1978). Selanjutnya istilah eksplorasi mineral
yang dipakai dalam buku ini berarti keseluruhan urutan kegiatan mulai mencari
letak mineralisasi sampai menentukan cadangan insitu hasil temuan mineralisasi.
Selanjutnya istilah eksplorasi mineral yang dipakai dalam buku ini berarti
keseluruhan urutan kegiatan mulai dari mencari letak mineralisasi sampai
menentukan cadangan insitunya.
PENTAHAPAN DALAM PERENCANAAN KEGIATAN EKSPLORASI
I.
TAHAP EKSPLORASI PENDAHULUAN
Menurut White (1997), dalam tahap eksplorasi pendahuluan ini tingkat
ketelitian yang diperlukan masih kecil sehingga peta-peta yang digunakan dalam
eksplorasi pendahuluan juga berskala kecil 1 : 50.000 sampai 1 : 25.000. Adapun
langkah-langkah yang dilakukan pada tahap ini adalah :
I.a. Studi literatur
Dalam tahap ini, sebelum memilih lokasi-lokasi eksplorasi dilakukan studi
terhadap data dan peta-peta yang sudah ada (dari survei-survei terdahulu),
catatan-catatan lama, laporan-laporan temuan dll, lalu dipilih daerah yang akan
disurvei.
Setelah pemilihan lokasi ditentukan langkah berikutnya, studi faktor-faktor
geologi regional dan provinsi metalografi dari peta geologi regional sangat
penting untuk memilih daerah eksplorasi, karena pembentukan endapan bahan
galian dipengaruhi dan tergantung pada proses-proses geologi yang pernah
terjadi, dan tanda-tandanya dapat dilihat di lapangan.
I.b. Survei dan pemetaan
Jika peta dasar (peta topografi) dari daerah eksplorasi sudah tersedia,
maka survei dan pemetaan singkapan (outcrop) atau gejala geologi lainnya
sudah dapat dimulai (peta topografi skala 1 : 50.000 atau 1 : 25.000). Tetapi
jika belum ada, maka perlu dilakukan pemetaan topografi lebih dahulu. Kalau di
daerah tersebut sudah ada peta geologi, maka hal ini sangat menguntungkan,
karena survei bisa langsung ditujukan untuk mencari tanda-tanda endapan yang
dicari (singkapan), melengkapi peta geologi dan mengambil conto dari
singkapan-singkapan yang penting.
Selain singkapan-singkapan batuan pembawa bahan galian atau batubara
(sasaran langsung), yang perlu juga diperhatikan adalah perubahan/batas batuan,
orientasi lapisan batuan sedimen (jurus dan kemiringan), orientasi sesar dan
tanda-tanda lainnya. Hal-hal penting tersebut harus diplot pada peta dasar
dengan bantuan alat-alat seperti kompas geologi, inklinometer, altimeter, serta
tanda-tanda alami seperti bukit, lembah, belokan sungai, jalan, kampung, dll.
Dengan demikian peta geologi dapat dilengkapi atau dibuat baru (peta
singkapan).
Tanda-tanda yang sudah diplot pada peta tersebut kemudian digabungkan dan
dibuat penampang tegak atau model penyebarannya (model geologi). Dengan model
geologi hepatitik tersebut kemudian dirancang pengambilan conto dengan cara
acak, pembuatan sumur uji (test pit), pembuatan paritan (trenching),
dan jika diperlukan dilakukan pemboran. Lokasi-lokasi tersebut kemudian harus
diplot dengan tepat di peta (dengan bantuan alat ukur, teodolit, BTM, dll.).
Dari kegiatan ini akan dihasilkan model geologi, model penyebaran endapan,
gambaran mengenai cadangan geologi, kadar awal, dll. dipakai untuk menetapkan
apakah daerah survei yang bersangkutan memberikan harapan baik (prospek) atau
tidak. Kalau daerah tersebut mempunyai prospek yang baik maka dapat diteruskan
dengan tahap eksplorasi selanjutnya.
II.
TAHAP EKSPLORASI DETAIL
Setelah tahapan eksplorasi pendahuluan diketahui bahwa cadangan yang ada
mempunyai prospek yang baik, maka diteruskan dengan tahap eksplorasi detail
(White, 1997). Kegiatan utama dalam tahap ini adalah sampling dengan jarak yang
lebih dekat (rapat), yaitu dengan memperbanyak sumur uji atau lubang bor untuk
mendapatkan data yang lebih teliti mengenai penyebaran dan ketebalan cadangan
(volume cadangan), penyebaran kadar/kualitas secara mendatar maupun tegak.
Dari sampling yang rapat tersebut dihasilkan cadangan terhitung dengan
klasifikasi terukur, dengan kesalahan yang kecil (<20%), sehingga dengan
demikian perencanaan tambang yang dibuat menjadi lebih teliti dan resiko dapat
dihindarkan.
Pengetahuan atau data yang lebih akurat mengenai kedalaman, ketebalan,
kemiringan, dan penyebaran cadangan secara 3-Dimensi (panjang-lebar-tebal)
serta data mengenai kekuatan batuan sampling, kondisi air tanah, dan penyebaran
struktur (kalau ada) akan sangat memudahkan perencanaan kemajuan tambang,
lebar/ukuran bahwa bukaan atau kemiringan lereng tambang. Juga penting untuk
merencanakan produksi bulanan/tahunan dan pemilihan peralatan tambang maupun
prioritas bantu lainnya.
III.
STUDI KELAYAKAN
Pada tahap ini dibuat rencana peoduksi, rencana
kemajuan tambang, metode penambangan, perencanaan peralatan dan rencana
investasi tambang. Dengan melakukan analisis ekonomi berdasarkan model, biaya
produksi penjualan dan pemasaran maka dapatlah diketahui apakah cadangan bahan
galian yang bersangkutan dapat ditambang dengan menguntungkan atau tidak. Hal-hal yang Perlu Diperhatikan Dalam
Kegiatan Eksplorasi :
III.1. Tujuan eksplorasi
Tujuan kegiatan ekpslorasi antara lain untuk mengetahui :
a. Melokalisasi suatu endapan bahan galian
:
Ø Eksplorasi pendahuluan/prospeksi dan
Ø Eksplorasi detail.
b. Endapan/bijih yang dicari : sulfida,
timah, bauksit, nikel, emas/perak, minyak/gas bumi, endapan golongan C, dll.
c. Sifat tanah dan batuan :
Ø Untuk penambangan,
Ø untuk konstruksi, dll.
III.2. Studi Kepustakaan
Studi kepustakaan dilakukan untuk mendapatkan data-data tentang :
a. Peta dasar sudah tersedia/belum.
b. Peta geologi/topografi (satelit, udara,
darat).
c. Analisis regional :
Ø Sejarah,
Ø Struktur/tektonik, dan
Ø Morfologi.
Ø Laporan-laporan penyelidikan terdahulu.
Ø Teori-teori dan metode-metode lapangan
yang ada.
d. Geografi :
Ø Kesampaian daerah (desa/kota terdekat,
transportasi),
Ø Iklim/musim (cuaca, curah
hujan/banjir),
Ø Sifat angin, keadaan laut, gelombang,
dll.,
Ø Tumbuhan, binatang, dan
Ø Komunikasi.
e. Sosial budaya dan adat istiadat :
Ø Sifat penduduk,
Ø Kebiasaan,
Ø Pengetahuan/pendidikan,
Ø Mata pencaharian, dll.
f.
Hukum
:
Ø Pemilikan tanah,
Ø Ganti rugi, dan
Ø Perizinan.
III.3. Pemilihan metode
Metode eksplorasi yang digunakan umumnya dikelompokkan menjadi tiga, yaitu
:
a. Cara tidak langsung :
Ø Geofisika dan
Ø Geokimia.
b. Cara langsung :
Ø Pemetaan langsung dan
Ø Pemboran.
c. Gabungan cara langsung dan tak
langsung.
III.4. Pemilihan alat
Pemilihan alat tergantung pada hal-hal berikut :
a. Metode yang dipilih,
b. Keadaan lapangan,
c. Waktu,
d. Alat yang tersedia,
e. Biaya, dan
f.
Ketelitian
yang diinginkan.
III.5. Pemilihan anggota
tim/tenaga ahli
Suatu tim kegiatan eksplorasi umumnya terdiri dari :
a. Ahli geologi,
b. Ahli geofisika,
c. Ahli geologi tambang,
d. Ahli geokimia,
e. Operator alat, dll.
III.6. Rencana biaya
Rencana biaya harus dipertimbangkan secara matang karena berkaitan dengan
nilai investisasi yang dilakukan, dan umumnya meliputi biaya pembukaan lahan
untuk base camp, persiapan sarana dan prasarana (peralatan), biaya
operasional selama survei, renumerasi (penggajian), akomodasi dan kebutuhan
logistik, serta pajak.
III.7. Pemilihan waktu
yang tepat
Waktu kegiatan juga harus ditentukan secara tepat, misalnya disesuaikan
dengan kondisi iklim setempat serta trend kondisi politik, ekonomi
atau investasi saat itu. Tidak akan memungkinkan dilakukan suatu kegiatan
eksplorasi di suatu daerah yang sedang berkecamuk perang atau terdapat gangguan
keamanan.
III.8. Penyiapan
peralatan/perbekalan
Peralatan umum yang dipersiapkan adalah :
a. Peta dasar,
b. Alat surveying/ukur atau GPS (Global
Positioning System),
c. Alat kerja :
Ø
Alat geofisika,
Ø
Alat sampling,
Ø
Palu,
Ø
Altimeter,
Ø
Alat bor,
|
Ø
Kompas,
Ø
Meteran,
Ø
Kantong contoh,
Ø
Geochemical kit,
Ø
Dll.
|
d. Alat tulis,
e. Alat komunikasi,
f.
Keperluan
sehari-hari (makan-tidur-mandi, dll.), dan
g. Obat-obatan/P3K.
Setelah sampai di lapangan (lokasi), maka hal-hal yang harus diperhatikan
(disiapkan) adalah :
a. Membuat base camp,
b. Mencek peralatan/perbekalan,
c. Melakukan quick survey di daerah
penyelidikan, untuk menentukan langkah-langkah yang lebih lanjut, serta
d. Melakukan evaluasi rencana dan
perubahan-perubahan sesuai dengan keadaan sebenarnya (bila perlu).
III.9. Pemilihan Metode
Eksplorasi
Dalam pemilihan metode-metode yang akan digunakan, harus disesuaikan dengan
jenis endapan yang akan dicari. Adapun pekerjaan-pekerjaan yang dilakukan pada
masing-masing tahapan eksplorasi serta pemilihan metode dapat digambarkan
secara umum seperti terlihat pada Tabel 7.1.
Tabel 7.1 Tahapan eksplorasi dan metode yang digunakan sesuai
dengan endapan mineral yang dicari
Tahapan
|
Metode
|
Jenis endapan
mineral
|
Pendahuluan
|
Citra landsat
Sintesis regional
|
semua
semua
|
Survei Tinjau
(Reconnaissance)
|
Foto udara
Aeromagnetik
Pemetaan geologi
Pengukuran penampang stratigrafi
Stream sediment sampling
Pendulangan
|
semua
logam dasar
semua
misalnya batubara
logam dasar
mineral berat
|
Prospeksi umum
|
Pemetaan geologi
Stream sediment sampling
Pendulangan
Gaya berat
Seismik
Magnetik
Rock sampling
|
semua
logam dasar
mineral berat
non-metalik
singenetik
logam dasar tertentu
semua
|
Prospeksi detail
(Eksplorasi pendahuluan)
|
Pemetaan geologi
Uji sumuran
Geolistrik (tahanan jenis, IP, SP, dll.)
Seismik refraksi/refleksi
Detail magnetik
Soil sampling
(geokimia)
Rock sampling
(geokimia)
Rock sampling
(petrografi, alterasi)
|
semua
semua
logam dasar
singenetik
logam dasar tertentu
logam dasar
semua
logam dasar, dll.
|
Eksplorasi detail
|
Pengambilan conto sistematik dengan: pemboran inti,
sumur uji atau dengan logging geofisika
|
semua
|
IV.
Perencanaan Program Eksplorasi
Agar eksplorasi dapat dilaksanakan dengan efisien, ekonomis, dan tepat
sasaran, maka diperlukan perencanaan berdasarkan prinsip-prinsip dan
konsep-konsep dasar eksplorasi sebelum program eksplorasi tersebut dilaksanakan.
Prinsip-prinsip (konsep) dasar eksplorasi tersebut antara lain :
a. Target eksplorasi.
b. Jenis bahan galian (spesifikasi
kualitas) dan
c. Pencarian model-model geologi yang
sesuai.
IV.1. Pemodelan
eksplorasi
a. Menggunakan model geologi regional
untuk pemilihan daerah target eksplorasi,
b. Menentukan model geologi lokal
berdasarkan keadaan lapangan, dan mendiskripsikan petunjuk-petunjuk
geologi yang akan dimanfaatkan, serta
c. Penentuan metode-metode eksplorasi yang
akan dilaksanakan sesuai dengan petunjuk geologi yang diperoleh.
Selain itu, perencanaan program eksplorasi tersebut harus memenuhi
kaidah-kaidah dasar ekonomis dan perancangan (desain) yaitu :
a. Efektif ; penggunaan alat, individu,
dan metode harus sesuai dengan keadaan geologi endapan yang dicari.
b. Efisien ; dengan menggunakan prinsip
dasar ekonomi, yaitu dengan biaya serendah-rendahnya untuk memperoleh hasil
yang sebesar-besarnya.
c. Cost-beneficial ; hasil yang diperoleh dapat
dianggunkan (bankable).
Model geologi regional dapat dipelajari melalui salah satu konsep genesa
bahan galian yaitu Mendala Metalogenik, yaitu yang berkenaan dengan batuan
sumber atau asosiasi batuan, proses-proses geologi (tektonik, sedimentasi),
serta waktu terbentuknya suatu endapan bahan galian.
Beberapa contoh kegiatan perencanaan eksplorasi :
1. Rencana pemetaan, mencakup ;
a. Perencanaan lintasan,
b. Perencanaan tenaga pendukung,
yang didasarkan pada keadaan geologi regional.
2. Rencana survei geofisika dan geokimia, mencakup ;
a. Perencanaan lintasan,
b. Perencanaan jarak/interval pengambilan
data (sampling/record data), yang didasarkan pada keadaan umum
model badan bijih.
3. Perencanaan sampling melalui pembuatan paritan uji, sumuran
uji, pemboran eksplorasi, yang mencakup :
a. Jumlah paritan uji, sumuran uji, titik
pemboran eksplorasi,
b. Interval/spasi antar paritan (lokasi),
c. Kedalaman/panjang sumuran/paritan,
kedalaman lubang bor,
d. Keamanan (kerja dan lingkungan),
e. Interval/metode sampling, dan
f.
Tenaga
kerja yang didasarkan pada proyeksi/interpretasi dari penyebaran singkapan endapan
di permukaan.
4. Perencanaan pemboran inti, meliputi :
a. Target tubuh bijih yang akan ditembus,
b. Lokasi (berpengaruh pada kesampaian ke
titik bor dan pemindahan (moving) alat),
c. Kondisi lokasi (berpengaruh pada sumber
air, keamanan),
d. Kedalaman masing-masing lubang,
e. Jenis alat yang akan digunakan,
termasuk spesifikasi,
f.
Jumlah
tenaga kerja,
g. Alat transportasi, dan
h. Jumlah (panjang) core box.
Sedapat mungkin, pada masing-masing perencanaan tersebut telah mengikutkan
jumlah/besar anggaran yang dibutuhkan. Selain itu, prinsip dasar dalam
penentuan jarak sedapat mungkin telah memenuhi beberapa faktor lain, seperti :
a. Grid density (interval/jarak) antar titik observasi.
Semakin detail pekerjaan maka grid density semakin kecil
(interval/jarak) semakin rapat.
b. Persyaratan pengelompokan hasil
perhitungan cadangan/endapan. Contoh pada batubara ; syarat jarak untuk
klasifikasi terukur (measured) £ 400 m antar titik observasi.
Setiap tahapan/proses eksplorasi harus dapat memenuhi strategi pengelolaan
suatu proyek/pekerjaan eksplorasi, antara lain :
a. Memperkecil resiko kerugian,
b. Memungkinkan penghentian kegiatan
sebelum meningkat pada tahapan selanjutnya jika dinilai hasil yang diperoleh
tidak menguntungkan ,
c. Setiap tahapan dapat melokalisir
(menambah/mengurangi) daerah target sehingga probabilitas memperoleh keuntungan
lebih besar, dan
d. Memungkinkan penganggaran biaya
eksplorasi per setiap tahapan untuk membantu dalam pengambilan keputusan.
IV.2. Pengelolaan Kegiatan Eksplorasi
Secara umum, suatu manajemen kegiatan eksplorasi telah meliputi beberapa
hal berikut, antara lain :
a. Jenis kegiatan.
b. Operasi lapangan.
c. Layanan pendukung.
d. Layanan teknis, logistik, dan
administrasi.
e. Koordinasi, komunikasi, dan pengawasan.
f.
Analisis
dan integrasi data hasil eksplorasi.
g. Pengambilan keputusan.
Teori manajemen dapat diterapkan dalam kegiatan eksplorasi. Secara umum,
dalam suatu program penentuan yang mengarah ke eksplorasi harus dimulai dengan
hipotesa pekerjaan, yang merupakan rencana ulang pemilihan fakta-fakta dari
beberapa observasi dan intepretasi dengan spekulasi dari pengeluaran. Syarat
untuk perumusan hipotesis dari suatu penemuan (dalam hal ini endapan bahan
galian) adalah sebagai berikut :
a. Pengetahuan staf (pekerja) yang baik
tentang keadaan/kontrol geologi suatu endapan,
b. Mempunyai wawasan dan imajinasi,
c. Mempunyai bakat intuisi,
d. Mempunyai keberanian,
e. Mempunyai keyakinan tentang penilaian
hipotesis,
f.
Kemampuan
untuk berdiri sendiri.
Untuk mencapai kesuksesan dalam eksplorasi, maka urutan-urutan yang perlu
diperhatikan oleh seorang (badan) pengelola eksplorasi antara lain :
a. Penentuan tujuan jangka panjang yang
realistik dan tidak bersifat subjektif,
b. Pendelegasian tanggung jawab pada
masing-masing individu/tim,
c. Penciptaan suasana kerja yang produktif
sehingga mampu merangsang munculnya inovasi-inovasi dan penemuan-penemuan baru,
d. Pemastian adanya komunikasi yang baik,
baik dari pusat kelapangan, atau dalam satu kerja tim lapangan,
e. Penekanan dan proporsi yang baik dalam
pengelolaan sumberdaya (manusia, uang, dan waktu),
f.
Membiasakan
dalam peninjauan kembali keputusan sebelum memutuskan/membuat keputusan akhir (final
decission).
http://www.4shared.com/office/zguvEqwVba/Desain__Perencanaan_Eksplorasi.html
No comments:
Post a Comment