EKSPLORASI GEOKIMIA
1. Definisi dan Konsep Dasar
Ada banyak definisi tentang geokimia, tetapi definisi yang dilakukan oleh
Goldschmidt menekankan pada dua aspek yaitu:
ü Distribusi
unsur dalam bumi (deskripsi).
ü Prinsip-prinsip
yang mengatur distribusi tersebut di atas (interpretasi)
Pada dasarnya definisi ini menyatakan bahwa geokimia mempelajari jumlah dan
distribusi unsur kimia dalam mineral, bijih, batuan tanah, air, dan atmosfer.
Tidak terbatas pada penyelidikan unsur kimia sebagai unit terkecil dari
material, juga kelimpahan dan distribusi isotop-isotop dan kelimpahan serta
distribusi inti atom.
Eksplorasi geokimia khusus mengkonsentrasikan pada pengukuran kelimpahan,
distribusi, dan migrasi unsur-unsur bijih atau unsur-unsur yang
berhubungan erat dengan bijih, dengan tujuan mendeteksi endapan bijih. Dalam
pengertian yang lebih sempit eksplorasi geokimia adalah pengukuran secara sistematis
satu atau lebih unsur jejak dalam batuan, tanah, sedimen sungai aktif,
vegetasi, air, atau gas, untuk mendapatkan anomali geokimia, yaitu konsentrasi
abnormal dari unsur tertentu yang kontras terhadap lingkungannya (background
geokimia).
1.1 Prinsip Dasar
Prospeksi/Eksplorasi Geokimia
Prospeksi/eksplorasi geokimia pada dasarnya terdiri dari dua metode:
a.
Metode yang menggunakan pola dispersi mekanis
diterapkan pada mineral yang relatif stabil pada kondisi permukaan bumi
(seperti: emas, platina, kasiterit, kromit, mineral tanah jarang). Cocok
digunakan di daerah yang kondisi iklimnya membatasi pelapukan kimiawi.
b.
Metode yang didasarkan pada pengenalan pola dispersi
kimiawi. Pola ini dapat diperoleh baik pada endapan bijih yang tererosi ataupun
yang tidak tererosi, baik yang lapuk ataupun yang tidak lapuk. Pola ini kurang
terlihat seperti pada pola dispersi mekanis, karena unsur-unsurnya yang
membentuk pola dispersi bisa:
ü Memiliki mineralogi yang berbeda pada endapan bijihnya (contohnya: serussit
dan anglesit terbentuk akibat pelapukan endapan galena).
ü Dapat terdispersi dalam larutan (ion Cu2+ dalam airtanah
berasal dari endapan kalkopirit).
ü Bisa tersembunyi dalam mineral lain (contohnya Ni dalam serpentin dan empung
yang berdekatan dengan sutu endapan pentlandit).
ü Bisa teradsorbsi (contohnya Cu teradsosbsi pada lempung atau material
organik pada aliran sungai bisa dipasok oleh airtanah yang melewati endapan
kalkopirit).
ü Bisa bergabung dengan material organik (contohnya Cu dalam umbuhan atau
khewan)
1.2 Daur Geologi
Semua endapan bijih adalah produk dari daur yang sama di dalam
proses-proses geologi yang mengakibatkan terjadinya tanah, sedimen dan batuan.
Gambar 1 merupakan ringkasan dari daur geologi dan contoh-contoh tipe bijih
yang dihasilkan pada berbagai stadia daur.
1.3 Dispersi
Dispersi geokimia adalah proses menyeluruh tentang transpor dan atau
fraksinasi unsur-unsur. Dispersi dapat terjadi secara mekanis (contohnya
pergerakan pasir di sungai) dan kimiawi (contohnya disolusi, difusi dan
pengendapan dalam larutan).
Tipe dispersi ini mempengaruhi pemilihan metode pengambilan conto,
pemilihan lokasi conto, pemilihan fraksi ukuran dsb. Contohnya dalam survey drainage
pertanyaan muncul apakah conto diambil dari air atau sedimen ; jika sedimen
yang dipilih, haris diketahui apakah pengendapan unsur yang dicari sensitif
terhadap variasi pH (contohnya adsorpsi Cu oleh lempung) atau kecepatan aliran
sungai (contohnya dispersi Sn sebagai butiran detrital dari kasiterit). Jika
adsorp\si dari ion-ion yang ikut diendapkan dicari dalam tanah atau sedimen,
maka fraksi yang halus yang diutamakan; jika unsur yang dicari hadir dalam
mineral yang resisten, maka fraksi yang kasar kemungkinan mengandung unsur yang
dicari.
1.4 Lingkungan
Geokimia
Lingkungan geokimia primer adalah lingkungan di bawah zona pelapukan yang
dicirikan oleh tekanan dan temperatur yang besar, sirkulasi fluida yang
terbatas, dan oksigen bebas yang rendah. Sebaliknya, lingkungan geokimia
sekunder adalah lingkungan pelapukan, erosi, dan sedimentasi, yang dicirikan
oleh temperatur rendah, tekanan rendah, sirkulasi fluida bebas, dan melimpahnya
O2, H2O dan CO2. Pola geokimia primer menjadi
dasar dari survey batuan sedangkan pola geokimia sekunder merupakan target bagi
survey tanah dan sedimen.
1.5 Mobilitas
Unsur
Mobilitas unsur adalah kemudahan unsur bergerak dalam lingkungan geokimia
tertentu. Beberapa unsur dalam proses dispersi dapat terpindahkan jauh dari
asalnya, ini disebut mudah bergerak atau mobilitasnya besar, contohnya: unsur
gas mulia seperti radon. Rn dipakai sebagai petunjuk dalam prospeksi endapan
Uranium.
Mobilias unsur akan berbeda dalam lingkungan yang berbeda, contohnya: F
bersifat sangat mobil dalam proses pembekuan magma (pembentukan batuan beku),
cebakan pneumatolitik dan hidrotermal, namun akan sangat tidak mobil (stabil
sekali) dalam proses metamorfose dan pembentukan tanah. Bila F masuk ke air
akan menjadi sangat mobil kembali.
Unsur yang berbeda yang ditemukan dalam suatu endapan bisa memiliki
mobilitas yang sangat berbeda, sehingga mungkin tidak memberikan anomali
yang sama secara spasial. Misalnya: Pb dan Zn sangat sering terdapat
bersama-sama (berasosiasi) di dalam endapan bijih (di dalam lingkungan
siliko-alumina), sedangkan dalam lingkungan pelapukan Zn yang jauh lebih mobil
daripada Pb akan mudah mengalami pelindian, sehingga Pb yang tertinggal akan
memberikan anomali pada zona mineralisasinya. Contoh lainnya:
a.
Emas yang tahan terhadap larutan akan tertinggal
dalam gossan.
b.
Galena terurai perlahan dan menghasilkan serusit dan
anglesit yang relatif tidak larut. oleh karena itu Pb cenderung tahan dalam
gossan.
c.
Mineral sulfida Cu, Zn dab Ag mudah terurai dan bermigrasi
ke level yang lebih rendah membentuk bijih oksida yang kaya atau bijih supergen
1.6 Unsur Penunjuk
Karena unsur-unsur memperlihatkan mobilitas yang berbeda (dikontrol oleh
perbedaan stabilitas dan oleh lingkungan tempat mereka bermigrasi) sering
dilakukan penggunaan unsur penunjuk dalam prospeksi suatu unsur. Unsur
penunjuk adalah suatu unsur yang jumlahnya atau pola penyebarannya dapat
dipakai sebagai petunjuk adanya mineralisasi. Alasan penggunaan unsur penunjuk
antara lain:
a.
Unsur ekonomis yang diinginkan sulit dideteksi atau
dianalisis.
b.
Unsur yang diinginkan deteksinya mahal.
c.
Unsur yang diinginkan tidak terdapat dalam materi yang
diambil (akibat perbedaan mobilitas)
Contohnya : Emas kelimpahannya kecil dalam bijih, oleh karena itu pola
dispersinya hanya mengadung kadar emas yang sangat rendah, kurang dari batas
minimal yang dapat dianalisis. Di lain pihak, Cu, As, atau Sb dapat berasosiasi
dengan emas dalam kelimpahan yang relatif besar.
1.7 Anomali
Geokimia
Bijih mewakili akumulasi dari satu unsur atau lebih diatas kelimpahan yang
kita anggap normal. Kelimpahan dari unsur khusus di dalam batuan barren
disebut background. Penting untuk disadari bahwa tak ada unsur yang
memiliki background yang seragam, beberapa unsur memiliki variasi yang
besar bahkan dalam jenis batuan yang sama. Contohnya background
nikel:
a.
Dalam
granitoid kira-kira 8 ppm dan relatif seragam.
b.
Dalam shale
berkisar antara 20 – 100 ppm.
c.
Dalam batuan
beku mafik Ni rata-rata sekitar 160 ppm dan relatif tidak seragam.
d.
Dalam batuan
beku ultramafik Ni rata-rata sekitar 1200 ppm dengan variasi yang
besar.
Tujuan mencari nilai background adalah untuk mendapatkan anomali
geokimia, yaitu nilai di atas background yang sangat diharapkan
berhubungan dengan endapan bijih. Karena sejumlah besar conto bisa saja
memiliki nilai di atas background, maka ada nilai ambang/nilai batas
yang digunakan untuk menentukan anomali, yang dikenal dengan sebutan threshold,
yaitu nilai rata-rata plus dua standar deviasi dalam suatu populasi normal.
Semua nilai di atas nilai threshold didefinisikan sebagai anomali.
Teknik-teknik interpretasi baru melibatkan grafik frekuensi kumulatif,
analisis rata-rata yang bergerak, analisis regresi jamak banyak
menggantikan konsep klasik background dan threshold.
2. Perencanaan
Eksplorasi Geokimia
Karena eksplorasi mineral makin lama makin sulit, mahal, dan kompetitif,
maka eksplorasi perlu dilakukan seefisien mungkin, dengan biaya yang
betul-betul efektif. Tiap eksplorasi geokimia terdiri dari tiga komponen, yaitu
sampling (pengambilan conto), analisis, dan interpretasi. Ketiganya merupakan
fungsi bebas yang saling terkait. Kegagalan pada tahap yang satu akan
mempengaruhi tahap berikutnya.
2.1 Pemilihan
Metode
Pemilihan teknik tergantung pada mineralogi dan geokimia daerah
target. Komposisi badan bijih akan menentukan unsur yang dapat digunakan.
Contohnya Cu sangat ideal untuk endapan tembaga, tapi As sangat berguna dalam
pencarian mineralisasi emas, dll. Lebih jauh lagi mineralogi daerah target
dikombinasikan dengan lingkungan sekunder (pola dispersinya). Contohnya
dispersi Cu bisa hidromorfik dan mekanis, sedangkan timah putih sangat
khas, hampir selalu mekanis sebagai butiran kasiterit, atau terdapat dalam biotit
atau mineral asesori lainnya.
Hal kedua yang perlu dipertimbangkan adalah relatif dari target (badan
bijih) yang dapat dijumpai sebagai : (1) bijih yang tersingkap, (2) tersingkap
sebagian, (3) tertimbun batuan penutup yang lebih muda, atau (4) tertutup dalam
batuan induknya (blind ore)
Penyontoan di permukaan akan efektif untuk tipe 1) dan 2), tapi perlu
antisipasi untuk respon geokimia yang berbeda. Kasus 3) dan 4) perlu teknik
yang optimum yang dapat mendeteksi melalui penutup, bawah penutup, gas bocor
dari mineralisasi, atau mendeteksi halo (lingkaran) sekitar batuan.
Survey geokimia diterapkan pada berbagai tahapan eksplorasi mineral, yaitu:
a.
Survey regional dengan tujuan mencari jalur
mineralisasi.
b.
Survey lokal dengan tujuan mengidentifikasi
daerah target untuk keperluan evaluasi.
c.
Survey kekayaan dengan tujuan menentukan batas daerah
termineralisasi.
d.
Survey deposit dengan tujuan menentukan lokasi dari
badan bijih individual
Perlu adanya integrasi antara survey geokimia dengan strategi eksplorasi
keseluruhan.
2.2 Optimasi
Teknik Survey
Untuk optimasi survey geokimia perlu dilakukan identifikasi target yang
maksimum. Suatu target perlu jelas terlihat dalam data geokimia, mungkin
dicirikan oleh adanya penambahan atau pengurangan kelimpahan unsur tertentu
atau asosiasinya. Target harus mudah dibedakan dari data survey lainnya. Dengan
kata lain perlu adanya kontras geokimia yang maksimum (anomali). Pengambilan
conto, penyiapan conto, dan pemilihan metode analitis dapat mempengaruhi
kontras.
Pengamatan kontras anomali yang optimum dimulai di lapangan melalui
pengenalan sekitar lingkungan lokal yang akan mempengaruhi proses dispersi,
tempat-tempat yang mungkin mengalami pelindian atau peningkatan akibat
perembesan, kehadiran pengendapan sekunder, perkembangan tanah yang tidak
normal, dan distribusi tanah penutup yang tertranspor. Catatan lapangan
merupakan bagian survey yang penting yang dapat digunakan bersama-sama
dengan analisis data untuk interpretasi.
Pengambilan conto merupakan hal paling penting dalam eksplorasi geokimia.
Preparasi conto yang baik dapat juga menunjang kontras yang baik. Thomson
(1978) mendemonstrasikan bahwa analisis Zn
pada fraksi -0+35 mesh dari material tanah yang diambil pada kedalaman 20
cm dari tanah semi residu di gurun Saudi Arabia menghasilkan kontras maksimum
di atas badan mineralisasi Zn. Sebaliknya pada fraksi -150 mesh tanah yang sama
mengalami dilusi oleh material barren aeolian sehingga kontras dan
dispersinya jauh berkurang.
Pengkayaan sekunder dari logam yang terdispersi hidromorfik cenderung
terjadi pada fraksi halus dari tanah (lempung dan silt) atau tanah los yang
myelimuti partikel kasar. Pemisahan fraksi halus dan kasar dapat meningkatkan
anomali.
Jarak pengangkutan logam oleh airtanah dari pelapukan sulfida sangat
bervariasi dan dapat menghasilkan pola geokimia yang sulit untuk
diinterpretasikan. Konsentrasi logam yang tinggi karena pengendapan sekunder
mengikuti pola hidromorfik, scavenging dll. Sering dicirikan oleh bentuk
mineral yang lemah dan tidak stabil yang unsur-unsurnya dapat direcovery
dengan teknik analisis yang lemah.
2.3 Parameter
Survey
Tantangan dalam survey geokimia adalah mendesign program yang efektif, pada
prakteknya adalah membuat keputusan tentang pemilihan point-point berikut ini,
a.
Material Sample.
b.
Pola penyontoan.
c.
Preparasi conto.
d.
Prosedur Analitis.
e.
Kriteria interpretasi hasil
Untuk membuat keputusan diperlukan pengetahuan atau asumsi tentang keadaan
daerah survey. Artinya diperlukan rujukan infomasi yang relevan
tentang:
a.
Dispersi dan karakter mobilitas dari unsur
dalam mineral dan batuan induk.
b.
Pengaruh lingkungan lokal pada proses dispersi.
c.
Ukuran target, baik ukuran mineralisasi maupun ukuran
yang diharapkan dari lingkaran dispersi sekelilingnya.
d.
Ketersediaan material conto.
e.
Kemampuan analitis.
f.
Kondisi logistik
Lingkungan lokal dapat mempengaruhi proses dispersi. Faktor yang paling
penting yang berhubungan dengan iklim dan topografi adalah material/tanah di
daerah survey, apakah tertranspor atau residu. Jika tertranspor, asalnya dari
apa, kolovium, aluvium? Material eksotis seperti sedimen berlapis, aluvial,
pasir fluvial, abu vulkanik, menutupi batuan dasar, tetapi tidak
mengekspresikan geokimia dari batuan yang berada di bawahnya.
Ukuran target akan mempengaruhi pemilihan interval pengambilan conto. Arah
orientasi tertentu dari target juga harus dipertimbangkan dalam lintasan
dan grid pengambilan conto. Idealnya, grid pengambilan conto dibuat
dengan garis dasar sejajar terhadap sumbu panjang target. Garis lintangnya
tegaklurus terhadap garis dasar tadi untuk mendapatkan kemungkinan irisan
maksimum.
Survey geokimia yang ideal didasarkan pada penyontoan yang sistematis dan
beraturan untuk memperoleh database yang homogen, agar dapat dilakukan evaluasi
komparatif dari gejala geokimia. Oleh karena itu penting sekali untuk memilih
medium penyontoan yang seragam di seluruh daerah survey. Teknik preparasi dan
teknik analitis harus dipilih yang dapat menghasilkan data yang dapat dipercaya
dan menunjang kontras yang optimum.
Terakhir, perlu dilakukan evaluasi terhadap hambatan-hambatan logisistik.
Akses, kondisi medan, keterdapatan tenaga, budget dan waktu perlu
dipertimbangkan dengan hati-hati.
2.4 Studi
Orientasi
Studi orientasi digambarkan sebagai suatu seri percobaan pendahuluan untuk
menentukan karakter dispersi geokimi yang berhubungan dengan mineralisasi pada
daerah tertentu. Informasi tadi digunakan untuk:
a.
Mendefinisikan bakcground dan respon geokimia yang
abnormal.
b.
Mendefinisikan prosedur survey yang optimum.
c.
Mengidentifikasi faktor-faktor yang mempengaruhi
dispersi dan kriteria interpretasi hasil survey.
d.
Mengenali gejala-gejala yang harus dicatat dan
dilaporkan oleh pengambil conto
Survey orientasi klasik terdiri dari penyontoan dan analisis di lapangan
sekitar badan yang representatif tetapi mineralisasinya tidak dikenal.
Idealnya, pekerjaan ini dimulai dari mineralisasi yang telah dikenal yang
secara geologi dan geomorfologi representatif untuk lokasi penelitian.
Kemudian dilanjutkan menjauhi mineralisasi untuk mendapatkan harga background
yang sesuai.
Orientasi sample tanah harus diambil minimal dari dua lintasan melalui
mineralisasi dan dilanjutkan ke dalam background. Spasi
pengambilan conto tergantung pada luas mineralisasi. Minimal empat atau lima
contoh di atas mineralisasi dan juga dari background. Penting agar
karakter tanah yang berbeda dievaluasi. Hasilnya, lintasan ini harus mencakup
kondisi fisiografi normal dan tipe major tanah, seperti daerah yang penirisan
baik lereng curam, daerah rembesan, dan rawa.
Berbagai fraksi dari material conto perlu dianalisis . Fraksi yang
disarankan adalah:
Tabel
1. Fraksi-fraksi
untuk analisis kimia
Mesh (ASTM)
|
Mikron
|
- 35 + 80
|
-500-177
|
-80
|
-177
|
-80+140
|
-177+105
|
–140+230
|
-105+63
|
-230
|
-63
|
Bradshaw (1975) juga menyarankan preparasi fraksi mineral berat jika diduga
ada dispersi fragmen yang resisten, apalagi kalau terdapat emas, timah putih
dan tungsten.
Semua contoh harus dianalisis dengan teknik ekstraksi total. Sebagai
tambahan disarankan conto tanah dianalisis dengan teknik hot acisd
extractable dan cold acid extractable dan dengan teknik khusus
yang mungkin diinginkan (misalnya khusus sulfida, khusus timah putih, khusus
material organik).
2.5 Studi
Literatur
Tidak praktis untuk mengunjungi lapangan dan melakukan survey orientasi
sebelum program eksplorasi dibuat. Informsi yang berguna dapat diperoleh dari
penyelidikan terdahulu yang telah dilakukan orang. Bisa berupa paper atau
dokumen intern perusahaan. Seringkali dapat dilakukan orientasi terbalik dengan
mengevaluasi survey terdahulu secara kristis. Survey literatur sebaiknya
disertakan dalam diskusi dengan orang yang mengetahui kondisi daerah survey dan
ahli geokimia yang profesional.
2.6 Orientasi Teoritis
Pendekatan yang sangat spekulatif ini berdasarkan pada aplikasi model
teoritis, prinsip-prinsip dasar geokimia, asumsi-asumsi geologi, geomorfologi
dan iklim dari daerah yang diselidiki.
2.7 Organisasi
Survey dan Operasi
Checklist dari hal-hal yang perlu dipertimbangkan khususnya dalam survey
tanah dapat dilihat pada Tabel 2. Jika telah dilakukan orientasi praktis untuk
mendefinisikan parameter survey, maka ahli geokimia harus ada disana untuk:
a.
Memperlihatkan kepada pengambil conto apa yang ingin
diambil untuk melatih mereka tentang prosedur survey.
b.
Menguji dan menkonfirmasikan karakter dan distribusi
dari penutup (overburden) yang tertranspor..
c.
Verifikasi kondisi tanah pada lokasi kunci.
d.
Kenalilah fisiografi daerah survey untuk keperluan
interpretasi
Tabel 2. Checklist untuk organisasi geokimia tanah
HAL
|
CEK
|
team lapangan
|
jumlah, komposisi, pengalaman, pemimpin
|
training
|
kapan, dimanan, oleh siapa
|
peta dasar
|
skala yang sesuai, tpografi
|
skema penomoran
|
sederhana, tidak meragukan, hindari alfanumerik
|
catatan lapangan
|
isi dengan benar
|
Kontrol kualitas
|
ambil conto duplikat, dengan standar, masukan ke laboratorium
|
Komunikasi dengan lab
|
sederhana dan langsung
|
Daftar pengiriman
|
perlu disertakan tiap pengiriman conto ke lab
|
Instruksi
|
berikan instruksi sederhana dan tidak meragukan
|
Pengembalian data
|
cek duplikat, standar dll. Jika meragukan lakukan analisis ulang
|
pengolahan data
|
manual atau komputer, ambil prosedur paling sesuai
|
Interpretasi peta
|
disiapkan untuk merangkum gejala geokimia
|
Integrasi buku lapangan
|
untuk membantu interpretasi
|
penyimpanan data
|
diperlukan untuk perbaikan dan interpretasi ulang
|
arsip conto
|
di lab, kantor
|
integrasi dengan eksplo-rasi lain
|
lakukan komunikasi yang baik dengan manajemen atau orang dari
proyek lain
|
prosedur pembuatan la-poran
|
orang yang membuat laporan harus mengetahui program lapangan
|
3. Tipe Survey Geokimia
3.1. Survey Sedimen Sungai Aktif (Stream Sediment)
Survey sedimen sungai aktif banyak digunakan untuk program penyelidikan
pendahuluan, khususnya pada daerah yang medannya sulit. Di daerah tropis,
pengambilan conto sedimen sungai dapat dilakukan bersamaan dengan pengamatan
geologi dari float dan batuan dasar yang tersingkap.
Ada empat variasi dalam survey sedimen sungai aktif , yaitu:
a.
Prospeksi mineral berat tanpa analisis kimia.
b.
Analisis konsentrasi mineral berat dari sedimen sungai.
c.
Analisis fraksi halus dari sedimen sungai.
d.
Analisis beberapa fraksi selain fraksi terhalus dari
sedimen sungai
3.1.1 Prospeksi
mineral berat
Teknik ini merupakan metode prospeksi paling tua. Sampai sekarang masih
banyak digunakan untuk prospeksi endapan yang mengandung mineral resisten
seperti: kromit, kasiterit, emas, platina, mineral tanah jarang, rutil, sirkon,
turmalin, garnet, silimanit, kianit dsb. Material conto yang optimum adalah
kerakal dengan diameter rata-rata 5 cm. Untuk dapat melakukan pembandingan
antar conto, perlu jumlah conto yang seragam dengan teknik konsentrasi
yang standar. Metode yang paling sederhana adalah pendulangan atau dengan meja
Wilfey. Spasi conto bervariasi antara satu per 50 – 100 km2sampai l
satu per 0,5 km2. Waktu yang diperlukan tergantung ukuran butir
conto, keadaan medan dan metode konsentrasi. Identifikasi akhir dari mineral
dilakukan secara petrografis di laboratorium.
3.1.2 Analisis konsentrat
mineral berat dari sedimen
Konsentrat mineral berat yang diperoleh dianalisis unsur jejaknya untuk mengetahui
mineral asalnya. Contohnya pirit dipisahkan dari sedimen sungai dan dianalisis
Cu-nya. Pirit yang berasal dari endapan Cu dapat mengandung
1100–1700 ppm Cu, pirit dari endapan Au mengandung 40–480 ppm Cu, dan
pirit dari batubara menandung 100 -120 ppm Cu.
3.1.3. Analysis fraksi halus sedimen sungai aktif
Pengambilan contoh sedimen sungai aktif fraksi halus banyak digunakan di
daerah yang drainagenya cukup besar dan mengalami erosi aktif. Kerapatan conto
ditentukan oleh kerapatan drainage, namun secara kasar kerapatan conto dapat
diambil satu per 2 –10 km2 untuk survey regional, kerapatan conto
satu per 0,5 – 2 km2 digunakan untuk penyontoan pendahuluan yang
lebih rinci.
Survey sedimen sungai aktif harus dilakukan pada sungai kecil, sedangkan
sungai yang besar dengan catchment area yang luas tidak sesuai untuk
penyontoan. Interval penyontoan tergantung pada keperluan. Teknik yang
dilakukan umumnya sebagai berikut :
a.
Conto diambil
dari muatan dasar sungai yang bergerak.
b.
Menganalisis
fraksi ukuran tertentu (umumnya fraksi pasir halus dan silt atau fraksi mineral
berat. Hal ini sulut dilakukan pada daerah yang pegunungan dengan erosi yang
aktif, kadang perlu dicari dibalik bongkah untuk mendapatkan fraksi yang
sesuai. Material fraksi –80 mesh yang dibutuhkan untuk analisisi 80 – 120 gram
sedimen, ditempatkan pada kantong conto yang standar.
Deskripsi lapangan perlu dilakukan pada tiap lokasi conto Informasi harus
mencakup: material organik, sifat sungai dan endapannya, kehadiran singkapan, apakah
dijumpai endapan besi oksida atau mangan oksida sekunder. Pengukuran pH air
sungai akan sangat berguna. Berikut ini adalah contoh lembar pengamatan
lapangan (Gambar 3).
Langkah pertama penyajian hasil survey drainage adalah mengeplot
semua sungai yang ada di daerah penyelidikan dan mengeplot nomor conto dan
nilainya. Setelah dilakukan pengolahan data secara statistik dapat
dilakukan pemilihan background dan threshold. Lokasi conto dapat
ditandai dengan titik hitam, yang ukurannya menunjukkan kandungan logamnya atau
dengan menebalkan sungai yang kandungannya logamnya lebih tinggi (Gambar 4).
Dalam ekksplorasi mineral, data sedimen sungai aktif biasanya tidak harus
disajikan dalam bentuk peta kontur, tetapi dalam survey regional bentuk peta
kontur lebih praktis untuk melihat kecenderungan geologi regional, kemungkinan
daerah mineralisasi dan mendala geokimia
Pekerjaan lanjut (Follow-up work ) biasa dilakukan dengan interval conto
yang lebih rapat. Jika pada survey pendahuluan kerapatan conto cukup tinggi,
maka survey dapat dilanjutkan dengan pengambilan conto tanah. Sebagai
tahap awal dari survey tanah detil dapat dilakukan penyontoan tebing sungai
dari kedua tepi sungai yang menunjukkan anomali, sehingga dapat terlihat arah
asal dari anomali. Jika singkapannya bagus, pemetaan geologi dan prospeksi
mungkin sudah cukup untuk melokalisasi sumber unsur anomali, namun umumnya
memerlukan survey tanah.
3.2 Survey Tanah
Warna tanah dan perbedaan komposisi dapat merupakan indikator yang penting
untuk berbagai kandungan logam. Contohnya, tanah organik dan inorganik
reaksinya akan berbeda terhadap logam (kandungan logamnya berbeda). Dari kedua
tipe ini dapat diharapkan perbedaan level background yang jelas.
Mengabaikan perbedaan ini akan mengakibatkan kesalahan dalam pengambilan
keputusan eksplorasi, yaitu anomali yang signifikan tidak terlihat dan anomali
yang salah
Anomali yang salah umumnya berkaitan erat dengan komponen yang menunjukkan
konsentrasi unsur yang ekstrim, seperti pada material organik dan mineral
lempung, juga unsur jejak dalam airtanah.
Kegagalan mendefinisikan kondisi anomali (yang menunjukkan adanya
mineralisasi) dapat terjadi jika conto tidak berhasil menembus zona pelindian.
Ini sering terjadi pada pengambilan conto yang tergesa-gesa, sehingga bukti
mineralisasi tidak terlihat.
Unsur jejak yang dikandung conto tanah umumnya mewakili daerah terbatas.
Oleh karena itu diperlukan sejumlah conto yang diambil secara sistematis untuk
mengevaluasi sifat-sifat mineralisasi. Perencanaan penyontoan biasanya
mengikuti grid bujur sangkar atau empat persegi panjang. Conto tambahan
diambil dari lingkungan yang berasosiasi dengan akumulasi unsur jejak, seperti
zona depresi atau rembesan untuk menguji dispersi hidromorfik dari badan mineral
yang tertimbun.
Survey tanah terdiri dari analisis conto tanah yang biasanya diambil dari
horizon tanah khusus, kemudian diayak untuk mendapatkan ukuran fraksi tertentu.
Conto umumnya diambil pada pola kisi (grid) yang beraturan. Di daerah
yang terisolir dengan medan yang sulit, akan sulit pula untuk membuat
grid pengambilan conto yang baik.
Metode alternatif yang dapat digunakan adalah penyontoan ridge dan spur.
Metode ini sangat baik dikombinasikan dengan survey sedimen sungai untuk medan
yang sulit. Metode pengambilan conto yang paling ideal adalah dengan grid yang
teratur. Prosedur yang normal adalah menentukan garis dasar kemudian buat
lintasan yang tegak lurus terhadap garis dasar. Penentuan garis dapat dilakukan
dengan theodolit atau kompas.
Pemilihan grid yang digunakan tergantung pada tipe target yang dicari. Jika
diketahui bahwa mineralisasi di daerah itu memiliki dimensi panjang searah
dengan jurus, seperti mineralisasi vein atau unit stratigrafi, maka garis dasar
harus diletakan paralel terhadap jurus. Conto diambil sepanjang garis lintang
yang tegak lurus pada garis dasar. Dalam kasus ini interval antar garis bisa
lebih besar dari interval conto sepanjang garis dasar. Jika jurusnya tidak
dikenal dan targetnya diduga equidimensional, maka pengambilan conto dilakukan
dengan grid yang berbentuk bujur sangkar.
Untuk praktisnya sering digunakan grid segi empat panjang, karena
penambahan frekuensi smpling sepanjang garis dasar tidak membutuhkan banyak
waktu. Ukuran grid yang digunakan umumnya 500 m x 100 m atau 200 m x 200 m
untuk survey pendahuluan dan 100 m x 50 m atau 50 m x 50 m untuk survey detil.
Kadang-kadang digunakan juga grid jajaran genjang .
Pengambilan contoh :
a.
Conto tanah umumnya diambil pada horizon B,
pada kedalaman 30 – 50 cm. Untuk unsur tertentu seperti Ag dan Hg
horizon A dapat memberikan hasil yang lebih baik. Pada daerah yang keras dan
kering conto diambil dengan menggali lubang kecil dengan menggunakan sekop dan
cangkul. Jika tanah lunak dan lembab dapat digunakan sekop kecil atau hand
auger. Conto ditempatkan pada kantong conto standar, diberi nomor dan
keterangan singkat yang mencakup tipe tanah, warna, kandungan organik. Gejala
khusus sepanjang lintasan perlu dicatat, contohnya singkapan, jalan setapak,
sungai.
b.
Sistem penomoran tergantung pada pola pengambilan
contoh. Untuk pola grid lebih baik menggunakan sistem koordinat dengan
mengambil titik 0 pada garis lintasan dasar, dan memberi nomor rujukan pada
tiap garis lintang. Namun penomoran alfanumerik kurang praktis untuk analisis
laboratorium. Cara penomoran lainmenggunakan kode enam sampai delapan digit
yang merupakan kode proyek, daerah dan nomor conto, misalnya nomor 2040325 bisa
berarti proyekk 2, kode daerah 04, conto 0325. Tipe ini lebih baik untuk
pengolahan data dengan komputer.
c.
Di daerah kering dan banyak matahari, conto
dapat dikeringkan di tempat terbuka di camp, tapi di daerah basah dibutuhkan
alat pengering. Jika conto sudah kering, dapat digerus dan diayak. Di daerah
tropis yang didominasi tanah latosol penggerusan dapat dilakukan dengan mortar
agar agregat oksida besinya hancur. Ayakan dari stainless steel atau dari
nilon dapat digunakan Sebelum mengayak tiap-tiap sampel, ayakan harus bersih.
Ayakan dapat dibersihkan dengan kuas ukuran 3,5 cm atau 5 cm. Hasil pengayakan
dimasukkan ke dalam amplop kertas, kemudian ke dalam kantong plastik agar tidak
bocor atau terkontaminasi pada waktu pengangkutan. Fraksi ukuran yang
umum untuk conto geokimia adalah -80 mesh (0,2 mm), tapi ukuran yang lebih
halus atau lebih kasar dapat digunakan untuk kasus-kasus tertentu.
d.
Pada daerah baru yang belum diselidiki
dianjurkan untuk melakukan survey orientasi untuk menentukan fraksi ukuran yang
optimum untuk analisis, kedalaman penyontoan yang terbaik , jika mungkin
respons geokimia dari mineralisasi .
Hasil survey tanah biasanya disajikan dalam bentuk peta
kontur yang mengacu pada isopleth (garis yang konsentrasinya sama). Selang
antar kontur dapat digambarkan dengan warna atau arsir. Tiap titik conto dan
harganya harus diperlihatkan, tapi nomornya tidak perlu diterakan agar tidak
membingungkan. Pola pengambilan conto yang tidak beraturan dapat disajikan
dalam peta dot, atau dengan memberikan warna yang berbeda pada setiap titik
conto.
Survey lanjut (follow-up) dilakukan dengan spasi grid yang lebih
rapat. Contohnya suatu anomali yang terdapat pada grid penyelidikan pendahuluan
500×200 m dapat dipenyontoan lagi dengan grid 250×100 m atau lebih rapat lagi,
tapi grid yang lebih rapat dari 25×25 m umumnya kurang menguntungkan, kecuali
jika target yang diharapkan berupa vein yang sangat kecil atau pegmatit. Jika
hasil survey lanjut menjanjikan, maka pada daerah anomali dapat dilnjutkan
dengn survey geofisika sebelum diputuskan dilakukan pemboran.
3.3 Survey Batuan
Dalam rangka mendapatkan informasi kelimpahan background dari unsur
yang dianalisis dalam survey tanah atau sedimen sungai aktif perlu dilakukan
sedikitnya pengambilan contoh batuan secara terbatas.
Survey batuan dapat dilakukan sendiri untuk mendeteksi kemungkinan dispersi
primer yang berasosiasi dengan bijih. Survey batuan dapat digunakan untuk
prospeksi mineralisasi pada kondisi berikut:
a.
Prospeksi bijih yang meghasilkan pola dispersi batuan
dasar yang luas (contohnya seperti Si, K, F, Cl dapat dijumpai pada lingkaran
alterasi yang ekstensif mengitari bijih hidrotermal).
b.
Prospeksi untuk endapan yang luas berkadar
rendah (contohnya endapan Cu yang tersebar atau endapan Sn yang tersebar) yang
pengenalannya tidak mungkin dilakukan dari contoh setangan karena kadarnya
rendah atau mineral yang dicari tidak terlihat.
Pengambilan conto batuan bisa dilakukan dengan chip sampling secara
acak pada singkapan atau dengan pemboran dengan pola grid (bor auger
untuk kedalaman yang kecil, atau dengan rotary percussion untuk daerah
yang overburdennya tebal). Conto batuan, yang diperoleh digerus dan
diayak. Fraksi –80 mesh dianalisis.
3.4 Survey Air
Analisis air dari sungai, mata air, danau, rawa sumur, dan sumur bor, dapat
dilakukan dalam prospeksi, tetapi kesulitan analisis sehubungan dengan
rendahnya konsentrasi, ditambah lagi fluktuasi yang cepat akibat variasi musim
menghambat meluasnya penggunaan metode ini.
Airtanah bisa kontak dengan batuan dan melarutkan unsur-unsur dan terjadi
kesetimbangan kimia yang erat kaitannya dengan kimia yang dikandung oleh
akifer. Airtanah mengandung padatan terlarut yang bervariasi dari satu tempat
ke tempat lainnya. Contohnya air dari ladang minyak dengan endapan halit dapat
mengandung padatan terlarut yang lebih banyak dari air laut atau airtanah
biasa. Namun airtanah digunakan juga dalam eksplorasi mineral, umumnya dari
sumber yang dangkal.
Air sungai dan danau umumnya berasal dari air permukaan, tapi air tanah
dapat memberi kontribusi melalui mata air dan sungai bawah tanah. Air danau dan
sungai memperlihatkan kandungan padatan terlarut yang lebih bervariasi, karena
adanya variasi penambahan air permukaan yang besar dan tiba-tiba, yang
akan merubah pH, Eh, dan lingkungan kimia dalam jarak yang sangat pendek.
Conto diambil di lapangan dengan botol plastik yang bersih (250 – 500 ml)
yang telah dicuci dua sampai tiga kali. Agar bebas kontaminasi botol harus
dibersihkan dengan asam yang bebas logam sebelum dibawa ke lapangan. Untuk
praktisnya, conto diasamkan dengan dua atau tiga tetes asam nitrit bebas logam
untuk mencegah pengendapan logam yang ada. Jika diperlukan pengukuran pH dan Eh
atau penentuan substansi yang mungkin dipengaruhi oleh asam, maka perlu diambil
conto duplikat atau melakukan pengukuran ditempat. Jika conto mengandung
padatan suspensi, maka perlu dilakukna filtrasi, tapi biasanya dilakukan di
laboratorium sebelum analisis.
3.5 Survey Biogeokimia
Filosofinya adalah, bahwa akar tanaman menunjam jauh ke dalam tanah dan
mengambil makanan dari batuan dasar yang lapuk. Contohnya tanaman teh telah
memperlihatkan batas-batas anomali Ni di Australia Barat. Keuntungan metode
ini dibandingkan dengan metode lainnya, yaitu dapat dilakukan
untuk:
a.
Prospeksi di daerah yang tanah penutupnya tertranspor.
b.
Prospeksi di daerah berawa.
c.
Prospeksi di daerah yang vegetasinya sangat rapat
Tanaman mengambil makanan dari tanah melalui akarnya. Dengan membandingkan
konsentrasi unsur dalam jaringan tanaman dengan konsentrasi unsur dalam tanah,
unsur-unsur dapat dikelompokkan menjadi tiga kelompok. Kelompok pertama terdiri
dari unsur biogenikmencakup H, C, N, P, dan S, merupakan unsur pembangun
jaringan tanaman, konsentrasinya di atas konsentrasi unsur-unsur tsb dalam
tanah.
Kelompok kedua berupa unsur yang jejak yang diperlukan utuk pertumbuhan
yang sehat, terdiri dari B, Mg, K, Ca, Mn, Fe, Cu dan Zn yang konsentrasinya
dalam tanaman hampir sama dengan dalam tanah.
Kelompok ke tiga adalah unsur yang tidak diperlukan atau unsur toksik,
antara lain Pb, Sr, HG, Be, U, NI, Cr, Ag, Sn. Dan Se. Unsur toksik
mungkin diperlukan dalam jumlah yang sangat sedikit, sedangkan unsur yang
diperlukan bisa menjadi toksik jika hadir dalam konsentrasi yang tinggi.
Pada tanah dengan konsentrasi Pb, Cu, Hg dan Ni tinggi,
pertumbuhan vegetasi terhambat atau terbatas pada jenis tertentu. Ada
tanaman yang toleran terhadap konsentrasi toksik yang tinggi, adapula yang
seolah-olah membutuhkan unsur toksik untuk dapat mulai tumbuh. Tanaman yang
demikian disebut tanaman indikator. Yang paling dikenal adalah bunga tembaga di
Zambia dan tanaman Selenium di Amerika. Kehadiran bunga tembaga menjadi
indikasi konsentrasi Cu ratusan sampai ribuan ppm. Tanaman selenium menjadi
indikator yang baik untuk mineralisasi uranium karena Se sering menyertai U.
Daun yang menguning (chlorosis) dapat disebabkan oleh konsentrasi unsur Cu, Zn,
Mn dan Ni. Penelitian biogeokimia dalam prospeksi dilakukan sejah tahun 1930.
Material tanaman yang dikumpulkan dijadikan abu, untuk menghilangkan unsur
biogenik penyusun jaringan, unsur yang dicari akan dijumpai dalam residu
(abu). Abu umumnya mencapai 1-3% berat, sehingga unsur yang dicari akan
terkonsentrasi sampai 100 kalinya dari unsur asal dalam jaringan.
Keuntungan lain survey biogeokimia dibandingkan dengan survey tanah adalah
anomalinya di dalam abu akan lebih mudah dideteksi karena konsentrasinya
tinggi. Namun dalam hal pekerjaan, survey biogeokimia melibatkan pekerjaan yang
lebih banyak.
Untuk melakukan survey biogeokimia, sedikitnya diperlukan 300 gram material
dari tiap tanaman. Tanaman muda dan kurus umumnya memberikan hasil yang paling
baik. Conto dapat divariasikan dengan spesies yang berbeda, tapi menggunakan
satu spesies lebih praktis. Pengambilan conto harus sedekat mungkin pada
gridnya. Setelah conto dimasukkan ke dalam kantung, material dikeringkan dan
dapat dikirim ke laboratorium untuk dijadikan abu dan dianalisis, atau
dapat dibiarkan hangus di udara atau dalam oven, kemudian masukan ke dalam
kantung conto dan dikirim ke laboratorium. Sebelum conto dianalisis, dilakukan
pengabuan terlebih dulu pada temperatur 450° – 500° C. Temperatur ini terlalu
tinggi untuk Sb, Hg , Se, dan Te, sehingga perlu menggunakan metode pengabuan
basah.
3.6 Survey Gas
Suatu teknik yang masih sedang dikembangkan adalah pengambilan conto gas
untuk mencari anomali unsur volatil di sekitar bijih. Saat ini perhatian
difokuskan pada pendeteksian gas Hg di sekitar berbagai endapan bijih. Sejumlah
volume udara dilewatkan melalui suatui filter yang dapat menangkap uap Hg untuk
dianalisis kemudian. Pengambilan conto dapat dilakukan dekat permukaan
(misalnya melalui satu unit perangkat yang dipasang pada kendaraan beroda
empat), dalam tanah, atau dengan pesawat yang terbang rendah. Keterbatasan
metode ini adalah:
a.
Konsentrasi gas yang diukur umumnya rendah.
b.
Sulit menentukan lokasi anomali yang akurat.
c.
Peka terhadap kondisi cuaca.
d.
Memelukan endapan bijih yang mengandung Hg yang cukup
Tipe penyelidikan lain adalah inderaja digunakan untuk mendeteksi
hidrokarbon dalam prospeksi minyak dan untuk mendeteksi gas-gas radiogenik
seperti Rn, He, dan Xe dalam prospeksi U dan Th. Gas radiogenik ini luruh dalam
paruh waktu yang pendek (Rn220 54 jam, Rn222 4 hari) yang
membatasi ukuran pola dispersi yang dapat dikenal. Walau begitu Rn222
banyak digunakan dalam prospeksi uranium, dan kadang-kadang berhasil. Gas
seperti H2S, SO2, I2, CO2, N2
dan O2 memiliki potensi dalam prospeksi, tetapi pada saat ini banyak
yang belum dieksploitasi.
4.
Metode Analitis
Dalam eksplorasi geokimia tidak perlu mengutamakan akurasi yang tinggi,
yang penting cepat, tidak mahal dan sederhana. Metode yang banyak digunakan
dalam prospeksi geokimia adalah kromatografi, kolorimetri, spektroskopi emisi,
XRF, dan AAS. Metode lain yang juga digunakan dalam kasusu khusus adalah
aktivasi neutron, radiometri dan potensiometri.
AAS (atomic absorpsion spectrometry) merupakan teknik yang paling
banyak dipakai dalam analisis unsur tunggal standar. Alat-alat yang lebih
canggih dapat menganalisis multi unsur, seperti:
a.
Plasma emissin spectrometry menganalisis 12 unsur
utama (Cu, Pb, Zn, Ag, W, Sb, Ba, Ni, Mn, Fe, Cr, Sn) dan 10 unsur berguna baik
sebagai unsur pennyertamaupun untuk pemetaan geologi: V, P, As, Mo, B, Be, Cd,
Co, Ni, Y.
b.
Optical emission spectrometry yang langsung
dibaca : quantometer, yang mengukur secara simultan 7 unsur dan 26 unsur jejak.
5.
Interpretasi Data Geokimia
Interpretasi data geokimia melibatkan kesimpulan statistik dan geologi.
Perlu disadari bahwa kesuksesan interpretasi data tergantung pada keberhasilan
porgram pengambilan conto. Jika mungkin program pengambilan conto dibuat
fleksibel sehingga interpretasi dapat dilakukan secara progresif, mulai dari
interpretasi subyektif, diteruskan dengan prosedur yang lebih
kompleks sampai kemungkinan anomali ditemukan atau sampai dapat dikenali
tanpa ragu jika tidak terdapat anomali.
5.1. Pengolahan Data Geokimia Strategis
Geokimia strategis dan analisis multi unsur dengan data yang banyak
(33 unsur/ conto) membutuhkan pengolahan data dengan komputer. Analisis ini
sering dilakukan di pusat-pusat pengolahan data. Prospektor hanya perlu
menyediakan peta lokasi dan data lapangan (buku catatan penyontoan).
Pengolahan data dimulai dengan mengambil informasi geokimia dari conto yang
dikumpulkan. Hal ini dapat diperoleh dengan cara mengelompokkan conto dengan
indeks yang sama, sebagai berikut:
a.
Hasil analisis dari laboratorium.
b.
Koordinat conto.
c.
Observasi lapangan
Pengolahan data melibatkan manipulasi sejumlah besar variabel (nilai
conto). Ini dapat menentukan variabilitas dalam dan antara populasi conto. Ada
tiga metode statistik yang digunakan: pertama melibatkan pengolahan variabel
yang diambil satu persatu (analisis univariate), kedua teknik analisis
bivariate, dan ketiga analisis multivariate.
Analisi univariate atau analisis
elementer memungkinkan perangkuman karakteristik dari distribusi unsur baik
melalui penghitungan maupun secara grafis. Grafik yang disajikan untuk
distribusi unsur tertentu dapat digunakan untuk menentukan hukum statistik mana
yang sesuai dengan distribusi unsur atau menentukan populasi yang berbeda (jika
ada) dalam conto global.
Analisis statistik bivariate terdiri dari
analisis dua karakter dari variasi simultan , baik dengan grafik ataupun
perhitungan koefisien korelasi linier.
Analisis multivariate terdiri dari:
regresi multiple dan analisis faktorial. Regresi multiple memungkinkan
variasi-variasi dari suatu variabel dihubungkan dengan variasi-variasi dari
satu atau beberapa variabel lain. Gunanya untuk membantu menonjolkan atau
mengeliminasi material logam dari endapan primer. Contohnya Cu yang tinggi yang
berasosiasi dengan batuan basa dapat ditekan atau dihapus dengan studi
distribusi Ni, Co dan V. Di lain pihak anomali yang signifikan akan kelihatan
lebih kontras. Analisis faktorial bertujuan mendapatkan informasi dari data
numerik yang besar. Sintesis ini membutuhkan perhitungan matematis yang kompleks.
Contohnya jika satu seri plutonik dipelajari, dimulai dengan data kimia Fe, Mg
dan Ti dikelompokkan pada faktor yang sama., ini dapat mengekspresikan variasi
dalam level mineral feromagnesia dalam conto yang berbeda. Dalam prospeksi
geokimia, fakta-fakta ini dapat dapat menggambarkan kehadiran berbagai
mineralisasi, kontras antara unit geologi utama, fenomena pedologi, dan
sebagainya.
Penyajian hasil disajikan dalam bentuk :
a.
Peta data mentah.
b.
Peta nilai
anomali dengan menggunakan pola yang berbeda.
c.
Peta dari background
geokimia lokal
5.2 Geokimia
Taktis
Jika data tidak terlalu banyak, tidak perlu pengolahan data dengan
komputer. Konsekuensinya prospektor harus memproses dan menyajikan sendiri
datanya.
Analisis statistik elementer dapat membantu memisahkan background
dari anomali. Hal ini dapat dilakukan secara manual melalui perhitungan
nilai rata-rata, deviasi standar dapat pula disajikan dalam bentuk grafis
dengan melakukan langka-langkah sebagai berikut:
a.
Pemilihan data populasi yang tepat, sebesar
mungkin dan sehomogen mungkin.
b.
Pengumpulan harga-harga menjadi jumlah kelas yang
cukup.
c.
Menghitung frekuensi tiap kelas kemudian plot terhadap
unit kelas untuk mendapatkan histogram.
d.
Menghaluskan histogram untuk mendapatkan kurva frekuensi.
e.
Pengeplotan frekuensi kumulatif sebagai ordinat untuk
mendapatkan kurva frekuensi kumulatif yang merupakan bagian integral dari kurva
frekuensi.
f.
Dengan mengubah ordinat di atas menjadi skala
probabiliti, maka kurva frekuensi akan menjadi garis lurus.
http://www.4shared.com/office/0hVymh3Aba/Eksplorasi_Geokimia.html
No comments:
Post a Comment