GEOLOGI REGIONAL MAJENE
1.
Geomorfologi
Regional
Tinjauan geologi regional
daerah penelitian termasuk dalam wilayah
lembar Geologi Lembar Majene dan Palopo Bagian Barat dengan koordinat 11845’00”
– 12030’00” BT dan 300’00” – 400’00” LS . Daerah pemetaan ini meliputi daerah
tingkat II Kabupaten Pare – Pare, Sidrap, Wajo, Pinrang, Enrekang, Luwu, Palopo
dan Tana Toraja.
Semuanya termasuk dalam wilayah
Tingkat I Provinsi Sulawesi Selatan sedangkan daerah Majene, Polmas dan Mamasa,
yang termasuk dalam wilayah Tingkat I Propinsi Sulawesi Barat. Peta Geologi
Lembar ini berbatasan dengan Lembar Mamuju di bagian utara, Lembar Pangkajene
dan Watampone bagian barat di bagian selatan, Selat Makassar di bagian barat
dan Teluk Bone di bagian timur ( Djuri dan Sudjatmiko, 1974 ; Djuri dkk, 1998
).
Selain itu daerah penelitian
juga termasuk dalam wilayah Peta Geologi Lembar Compong, dengan titik koordinat
12005’00” – 12009’00” BT dan 0342’00” – 0345’00” LS meliputi daerah Sidrap yang
termasuk dalam wilayah Propinsi Sulawesi Selatan (Sukido dkk, 1997).
Ditinjau dari geomorfologi
regional, daerah penelitian terletak pada Busur Sulawesi Barat bagian utara
yang dicirikan oleh aktivitas volkanik dan intrusi magma bersifat kalk-alkalin
berkomposisikan asam hingga intermedit yang terdiri dari pegunungan, perbukitan
dan dataran rendah. Daerah pegunungan menempati bagian Utara, Barat dan
Selatan sedangkan bagian tengah
merupakan perbukitan bergelombang dan
bagian timur merupakan dataran rendah.
Berdasarkan tektonik
lempeng ( Sukamto, 1975 ) Sulawesi dapat
dibagi menjadi tiga mandala geologi yaitu Mandala Sulawesi Barat, Mandala
Sulawesi Timur dan Banggai-Sula. Masing-masing mandala geologi ini dicirikan
oleh variasi batuan, struktur dan sejarah geologi yang berbeda satu sama lain.
Daerah penelitian merupakan bagian dari Mandala Sulawesi Barat yang berbatasan
dengan Mandala Sulawesi Timur, dimana keduanya dipisahkan
oleh sesar Palu-Koro.
2.
Stratigrafi
Regional
Stratigrafi regional daerah
penelitian yang termasuk dalam Daerah Lombok Kecamatan Pitu Riase Kabupaten
Sidenreng Rappang Provinsi Sulawesi Selatan tersusun oleh beberapa formasi
yaitu Formasi Lamasi yang merupakan formasi tertua pada daerah penelitian yang diduga berumur Oligosen, karena menindih
Formasi Toraja ( Tets ) yang berumur
Eosen sedangkan menurut Simandjuntak, drr. ( 1991 ) berumur Paleosen. Terdiri dari aliran lava bersusunan
basaltik hingga andesitik, breksi vulkanik, batupasir dan batulanau, setempat-setempat mengandung feldspatoid. Kebanyakan batuan
terkersikkan dan terkloritisasi serta tidak dijumpai adanya fosil, dengan tebal
tidak kurang dari 500 m ( Djuri dan Sudjatmiko, 1998 ).
Formasi Salowajo terdiri dari
napal dan batugamping yang tersisip, setempat mengandung batupasir gampingan
berwarna abu-abu sampai kehitaman.Juga terdiri dari breksi dan konglomerat,
pada umumnya fosil foraminifera yang dijumpai berumur dari Miosen Awal hingga
Miosen Tengah ( Djuri,Sudjatmiko,1998 )
3.
Struktur
Regional
Struktur geologi daerah Sulawesi
memperlihatkan keadaan yang sangat komplek, ditinjau dari tektonik regional
mengalami beberapa fase tektonik akibat dari pengaruh pergerakan (3) tiga
lempeng antara lain lempeng Pasifik, Australia dan Eurasia. Pergerakan tersebut
mengakibatkan terbentuknya struktur perlipatan dan pensesaran antara lain sesar
mendatar mengiri Palu-Koro yang memisahkan Laut Sulawesi dan Selat Makassar dan
diperkirakan masih aktif sampai sekarang dan telah bergeser sejauh 750
kilometer (Tjia dan Zakaria,1973 dalam Sukamto,1975).
Arah gerak sesar Palu-koro
memperlihatkan kesamaan gerak dengan jalur sesar Matano dan jalur sesar Sorong
dan pola sesar sungkupnya memperlihatkan arah sesar yang konsekwen terhadap
Mandala Banggai-Sula. Hal ini memperlihatkan bahwa terdapat pemampatan mendatar
yang disebabkan oleh Mandala Banggai-Sula yang bergerak ke arah barat, kemudian
akibat lempeng Asia yang bergerak dari arah Baratlaut menyebabkan terbentuknya
jalur penunjaman Sulawesi Utara sehingga pergerakan dari sesar Palu-Koro makin
aktif (Simandjuntak, 1986).
Daerah penelitian terpetakan
dalam Lembar Majene dan bagian barat palopo yang termasuk dalam Mandala Geologi
Sulawesi Barat (Sukamto, 1975). Mandala ini dicirikan oleh batuan sedimen laut dalam berumur Kapur –
Paleogen yang kemudian berkembang menjadi batuan gunungapi bawah laut dan
akhirnya gunungapi darat di akhir Tersier. Batuan terobosan granitan berumur
Miosen – Pliosen juga mencirikan mandala ini.
Sejarah tektoniknya dapat
diuraikan mulai dari jaman kapur , yaitu saat
Mandala Geologi Sulawesi Timur bergerak ke Barat mengikuti gerakan tunjaman landai ke
barat di bagian timur Mandala Sulawesi Barat. Penunjaman ini berlangsung hingga
hingga Miosen Tengah , saat kedua mandala tersebut bersatu pada akhir Miosen
Tengah sampai Pliosen terjadi pengendapan sedimen molase secara tak selaras di atas seluruh mandala
geologi di Sulawesi, serta terjadi terobosan batuan granitan di Mandala Geologi
Sulawesi Barat . Pada Plio-Pliosen seluruh daerah Sulawesi tercenanga. Di daerah pemetaan pencenangaan
ini diduga telah mengakibatkan terbentuknya lipatan dengan sumbu berarah
baratlaut – tenggara, serta sesar naik dengan bidang sesar miring ke timur.
Setelah itu seluruh daerah Sulawesi terangkat dan membentuk bentang alam
seperti sekarang ini.
No comments:
Post a Comment